Kamis, 09 Desember 2010

cerpen

MUKJIZAT

Kisah ini berawal ketika aku lulus ujian nasional sekolah dasar. Dan aku ingin melanjutkan ke SMP favorit yang telah lama ku idam-idamkan. Walaupun tak sedikit orang yang meremehkan diriku yang kurang berprestasi di kelas. Bahkan aku tak pernah mendapatkan juara kelas. Tapi, aku tetap gigih dan ingin mencoba. Hingga pendaftaran itu pun tiba. Semua teman-temanku memandangku dengan sebelah mata. Terutama anak-anak yang selalu mendapat juara pertama di kelas. Lalu wali kelasku pun juga. Awalnya beliau ragu untuk merekomendasikan diriku untuk mengikuti tes masuk SMP favorit. Tapi aku tak mempedulikan hal itu dan tetap gigih mendaftarkan diri. Bahkan wali kelasku sempat bilang pada orang tuaku.
“ Kalau nanti anaknya gak dapet, bapak siapkan uang Rp 2.500.000 ya! Saya akan membantu anak bapak supaya bisa masuk.”
Sebuah penghinaan yang cukup menyakitkan terngiang di telinga ayahku. Ayahku pun mencarikan ku soal-soal tahun kemarin untuk aku pelajari sampai ketombeku menebal 1 cm. Aku tetap belajar dengan kelopak mata yang seakan tak mampu menyangga kedua bola mataku ini.
Dan tengah malam ketika, ketika semua terlelap, terdengar suara tangisan. Ternyata, itu adalah suara tangisan ayahku yang tengah berdoa memohon kepada Allah SWT supaya aku diberi kemudahan dalam mengerjakan soal-soal besok Dan supaya dapat diterima dengan jalur murni. Waktu itu aku hanya terbengong saja. Melongo tapi berfikir betapa besarnya pengorbanan ayahku. Dan aku bertekat akan belajar maksimal supaya diterima, demi ayah dan ibuku.
Seminggu sebelum hari H, aku membahas soal-soal kemarin. Ayah ku terlihat begitu semangat . Tapi lagi -lagi sikap polos dan cuek ini membuatku bereaksi biasa-biasa saja. Hingga hari ujian masuk SMP pun tiba. Pagi-pagi sekali aku dibangunkan ayahku untuk belajar. Sampai tiba saatnya aku berangkat dengan metromini yang penuh sesak dan pengap Membuat perut dan kepalaku sakit. Rasanya ingin muntah. Sesampai lokasi pun akhirnya aku muntah . Hehe.. Ayahku sangat mengkhawatirkanku. Dan tes akan segera dimulai. Aku-nya malah teler begini. Wajahku pun pucat pasi. Benar-bena masuk angin., tak enak rasanya Ayahku cemas dengan keadaanku. "Bisa ngerjain apa enggak nih anak?" Batin ayahku. Lalu aku berusaha untuk kua . Dan aku pun berusaha untuk meyakinkan ayahku bahwa aku baik-baik saja. Tes pun berjalan. Soal-soal yang telah ku pelajari tak sia -sia. Lima puluh persen keluar, walau dibedakan angka-angka dan kalimatnya. Tapi, rumus masih nyantol di otakku.
Aku hampir selesai mengerjakan. Tiba-tiba ada pengawas yang mendekatiku da berkata, "Lembar jawabannya kotor." ucap seorang pengawas paruh baya itu. Pengawas itu pun memberikan ku lembaran jawaban baru. Aku pun bingung dan sempat rebutan, karena ku rasa lembar jawabku tidak kotor. Apalagi aku hampir selesai mengerjakan, tapi setelah ku perhatikan lembar jawabku telah terisi jawaban yang telah ditandai dari salah satu option jawaban masing-masing nomor? Semuanya?!
Tapi, aku tak langsung begitu percaya, lalu aku padukan dengan jawabanku tadi. Ternyata hampir sama. Kok bisa? Aku semakin kaget terheran-heran!
Sembari aku menghitamkan lembar jawab ku yang sudah ditandai jawaban itu satu persatu. Benar-benar keajaiban! Awalnya pengawas itu mencari-cari namaku Ayu Phurnamasari diseluruh ruangan. Dan setelah ketemu yang tak lain adalah aku, beliau langsung memberiku lembar jawab yang baru itu. Setiba di rumah, aku bercerita pada ayahku. Ayah ku pun percaya gak percaya. Ternyata doa ayahku dan usahaku yang begitu sungguh-sungguh itu membuahkan hasil .
Pengumuman pun tiba dan aku pun "diterima". Diseluruh kelasku yang diterima di SMP favorit hanyalah anak-anak yang punya prestasi biasa-biasa saja sekitar 5 orang. Dan yang selama ini selalu mendapatkan juara kelas pun menangis histeris karena tak ada yang diterima. Lagi-lagi aku terbengong kayak sapi ompong, culun dan polos. Seakan tak mengerti apa-apa. bahkan teman-teman ku yang diterima pun sampai menangis karena bahagia. Sedangkan aku hanya merayakannya di dalam hati. Tapi, lagi-lagi ada yang masih saja mencoba menghinaku. Ya.. salah satu dari orang tua murid yang tak diterima.
" Kok anaknya bisa diterima sih? Padahal di SD kan gak pernah dapet rangking!"
Lalu Ibu dan ayah ku bilang, "Tuhan itu adil bu. Apabila ada niat, usaha, dan berdoa pasti Tuhan akan kasih. Dan saya bangga pada anak saya yang biasa-biasa saja waktu di SD." Lalu tak lama kemudian guruku menelpon ayahku.
"Bagaimana pak? Diterima atau tidak?" Tanya wali kelasku.
"Alhamdulillah diterima bu. Terimakasih atas tawarannya kemarin . Terntata anak saya bisa lewat jalur murni. " Terang ayahku. Seketika guruku diam tanpa kata. Dan ketika aku sudah mulai belajar di SMP favorit itu pun aku mampu melesatkan prestasi ku mencapai lima besar. Aku benar-benar bersyukur pada Allah. Dan berterimakasih pada ayah dan ibuku. Juga pada pengawas paruh baya itu, walau hanya dalam hati. Karena aku tak pernah tahu siapa sebenarnya bapak pengawas itu. Dan ini adalah pengalaman hidupku yang tak terlupakan dan aku benar-benar menyaksikkan kebesaran dan kekuasaan-NYA.

Cerita ini saya persembahkan khusus untuk Bapak Welasno.

puisi

Mendung Jahat
Angin peluk aku...
Tenangkan aku...
Beri aku energi untuk terbang 
Dorong aku menuju angkasa
Aku lelah terus mencoba tuk menapak 
di atas tanah...
Mendung terus menghalangiku!
Menggeret kaki ini 
Hingga aku tergantung 
Melayang diantara langit dan bumi
Rasanya aku ingin kembali 
ke pangkuan langit ke tujuh
Mengadu...
Agar sang mendung berpencar dan menjatuhkan ku
Ke atas bumi...

biodata

hiii....^^
my  name is ayu phurnamasari
you can call me ayurichan^^
please joint with me...because i have many content for you^^
1. my product
    - food
    - accesoriess

2. my hobby
    - puisi
    - cerpen
    - comics
                                           its me^^b